BISNIS BANDUNG- Masa pandemi saat ini atau dimulainya adaptasi kebiasaan baru (AKB) banyak warga terbiasa dengan aturan pemerintah yang diberlakukan di masing-masing daerah, tidak terkecuali di Kabupaten Sumedang.
Berlakunya AKB ini, mereka melakukan pekerjaan di rumah atau WFH. Ini bisa terlihat dari sepinya tempat jual beli, perkantoran, sekolah dan sebagian tempat tempat vital lainnya. Menjalani AKB ini, mereka memiliki waktu luang dalam kesehariannya mengisi dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat.
Di Sumedang, banyak warga masyarakat yang menyibukan dirinya dengan bercocok tanam tanaman hias ataupun mengoleksinya. Banyak tempat jualan tanaman hias diserbu pembeli, bahkan mereka meraup keuntungan di tengah pandemi Covid-19 ini.
Pasalnya mengoleksi atau menanam tanaman hias dari dulu hingga sekarang,menjadi salah satu kegiatan yang banyak diminati masyarakat apalagi di tengah pandemi..
Seorang penjual tanaman hias Budi menyebutkan, sejumlah tanaman hias saat ini memiliki daya jual yang cukup mahal atau mengalami lonjakan harga selama pandemic. Contohnya beberapa tanaman hias jenis tertentu mempunyai harga hingga mencapai jutaan rupiah.
Budi mengaku sudah sekitar dua bulan ini penjualan tanaman hiasnya ramai dikunjungi pembeli. Sehingga stok tanaman yang dijual sampai habis diborong warga dan harganya melonjak naik.
“Sudah sekitar dua bulan ini dibilang ramai tanaman hias, harganya juga pada naik, seperti yang biasanya harga Rp 50 ribu sekarang harganya Rp 100 ribu,” kata Budi, saat ditemui di kebunnya di Jalan Prabu Gajah Agung, Kelurahan Kota Kaler, Kecamatan Sumedang Utara, Senin (26/10/2020).
Ia menuturkan, tanam-tanaman yang “Jadul” justru banyak dicari, bahkan tanaman seperti Philo, Agronema dan Kladi merupakan tanaman tergolong jadul yang tidak laku dulunya. Diantaranya seperti Red Sumatera, Dud Anjani, Suksom, Anggrek, dan yang sedang viral sekarang, Janda Bolong, harganya bisa mencapai jutaan rupiah.
Menurutnya tanaman hias yang paling banyak dicari yakni jenis agronema, philo, dan kladi. Tanaman seperti Red Sumatera, Dud Anjani, Suksom, Anggrek, dan yang sedang viral sekarang, Janda Bolong, harganya mencapai jutaan rupiah.
” Jenis agronema, milo sama kladi ketiganya lagi banyak dicari, itu kan tanaman buhun (jadul) dulu mah murah-murah, kalau sekarang harganya menggila. Dulu tanaman itu enggak laku,” katanya.
Hal itu terjadi sebagai bentuk pelarian untuk melepaskan rasa stres di tengah pandemi. Sebab selama pandemi masyarakat lebih banyak diam di rumah ketimbang di luar rumah.
“Mungkin karena bosan di rumah, terus tidak ada kegiatan jadi larinya ke tanaman,”ujar Budi seraya mengakui penjualan tanaman hias mengalami peningkatan yang cukup tinggi hingga 100 persen dari sebelumnya.
“Seperti kriting kribo dan jawer kotok, dijual seharga Rp 15.000. Kemudian untuk Monstera King dijual seharga Rp 2 juta dan satu lagi Janda Bolong dijual seharga Rp 1,5 juta,” katanya.
Salah seorang pembeli, Nunung Firdaus mengaku hobi merawat tanaman hias semenjak pandemi Covid-19, sebab selama pandemi itu dirinya lebih banyak melakukan aktivitas kerja di rumah ketimbang di kantor.
Selama pandemi ini, Nunung mengatakan sudah ada beberapa bunga yang dikoleksinya, salah satunya bunga anggrek bulan.
“Saya suka tanaman hias sejak lock down, karena kerja juga di rumah, akhirnya saya memilih menanam bunga di rumah,” kata Nunung.(E010)***